MATERI AJAR
1. Sejarah Semen Potrland
Sebelum
semen yang kita kenal ditemukan, adukan perekat pada bangunan di buat dari
kapur padam, pozolan dan agregat (campuran ini sering disebut semen alam). Dan
kini bangunan yang menggunakan bahan perekat ini masih banyak ditemukan di
Italy. Campuran perekat tersebut tidaklah terlalu kuat, tapi tergantung pula
pada sifat pozolan yang di gunakan sebagai bahan perekat. Pozolan adalah bahan
yang terbentuk oleh debu dari letusan gunung berapi.
Kapur
hidrolis pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana sipil yang bernama Jon Smeaton pada tahun 1756. Pada saat
itu ia bertugas untuk merehabilitasi menara api yang terletak di Eddystone. Ia mencoba menggabungkan
kapur padam dan tanah liat. Kemudian campuran itu ia bakar. Setelah mengeras,
bongkahan campuran tersebut di tumbuk hingga menjadi tepung. Yang mana tepung
tesebut dapat digunakan kembali dan dapat mengeras di dalam air. Mulai dari
percobaan inilah sifat-sifat kapur hidrolis mulai di kenal. Namun perkembangan
bahan yang ia temukan masihlah lambat dibandingkan campuran kapur padam biasa.
Pada
tahun 1796 penemuan ini kembali dikembangkan oleh James Parker dari Norhfleed, Inggris. Ia mengembangkan campuran
yang telah ditemukan oleh Jon, perbedaan dari campuran yang di temukan Jon,
batu kapur yang digunakan James sebagai capuran adalah batu kapur yang mengandung lempung. Seadngkan teknik yang di
gunakannya sama dengan yang di lakukan Jon. Pada tahun 1800 produk yang
dikembangkan James berkembang pesat, sehingga produknya di beri nama semen
roman. Namun perkembangan tersebut hanya bertahan hingga tahun 1850.
Di
Inggris tukang batu yang bernama Joseph Aspdin dari kota Leeds,
mencampurkan kapur padam dengan tanah liat, kemudian ia bentuk jadi gumpalan.
Lalu di bakar dengan suhu kalsinasi (suhu dimana kapur dapat meleleh) dan
setelah itu di tumbuk hingga menjadi tepung. Ketika bahan campuran tersebut
mengeras, warna dari bahan berubah menjadi abu-abu. Warna tersebut menyerupai
bebatuan di wilayah Portland, maka Joseph memberi nama hasil temuannya sebagai Semen Portland.
Tanggal
21 october 1824, semen Portland Joseph mendapat hak paten dari raja Inggris.
Walau pun demikian ia tetap merahasiakan bahan campuran yang ia temukan, dan ia
tidak memproduksinya secara masal. Setelah ia wafat, pengembangan dan pemasaran
secara masal semen ini di teruskan oleh anaknya yang bernama William Joseph di Jerman.
Tahun
1877 jerman melakukan penilitian lebih lanjut terhadap semen Portland, hingga
membentuk asosiasi pengusaha dan ahlli semen. 30 tahun kemudian asosiasi
tersebut menyebar hingga ke Inggris dan di Inggris Standard dari semen dibuat.
- Definisi dan Unsur pokok semen
Semen adalah suatu bahan perekat hidrolis berupa serbuk halus yang dapat
mengeras apabila tercampur dengan air.
Semen terdiri dari batu lapur /
gamping yang mengandung kalsium
oksida (CaO), tanah liat (lempung) yang mnegandung silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3)
dan gips yang berfungsi untuk mengontrol pengerasan.
Semen memiliki
4 unsur pokok, yaitu :
- Batu kapur (Cao) sebagai sumber utama, terkadang terkotori oleh SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
- Tanah liat yang mengandung senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3
- Bila perlu ditambahkan pasir kwarsa / batu silika, ini di tambahkan apabila pada tanah liat mengandung sedikit SiO2.
- Pasir besi / biji besi, ini ditambahkan apabila tanah liat mengandung sedikit Fe2O3
Pengolahan unsur-unsur tersebut
dengan cara di bakar menjadi terak semen yang biasa disebut klinker.
Proses
pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
- Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
2. Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu :
·
Proses
pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
·
Proses
pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
·
proses pembakaran raw meal untuk
menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk
pembuatan semen).
·
proses
pendinginan terak.
·
proses
penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar