BAB 6
TEKNIK MENGGUNAKAN
MEDIA PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Sebagai seorang guru, pernahkah anda
menghadapi kesulitan dalam menjelaskan suatu meteri pelajaran kepada siswa?
Misalnya, anda ingin menjelaskan tentang seekor binatang yang disebut harimau kepada
siswa SD kelas awal. Atau anda ingin menjelaskan tentang pesawat terbang kepada
murid anda yang berada di pedalaman Irian, sulawesi, kalimantan atau di tempat
lain yang tidak ada pesawat terbang. Atau anda ingin menjelaskan tentang apa
itu supermarket kepada siswa yang berada di kampung. Menghadapi masalah
tersebut, biasanya ada cara yang mungkin anda lakukan. Diantaranya anda mungkin
akan bercerita tentang harimau, pesawat terbang atau supermarket. Anda bisa
bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau
pernah melihat gambar ketiga objek itu. Apabila murid anda tersebut sama sekali
belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar di buku misalnya,
maka betapa sulitnya anda menjelas hanya dengan kata-kata tentang objek
tersebut. Kalau anda seorang yang ahli bercerita, tentu cerita anda akan sangat
menarik bagi murid-murid. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian
bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan waktu yang
lama, pemahaman murid juga berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya,
bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi.
Selain cara di atas, mungkin saja Anda
membawa murid studi wisata melihat objek itu. Cara ini merupakan yang paling
efektif dibandingkan dengan cara lainnya. Namun berapa biaya yang harus
ditanggung, dan berapa lama waktu diperlukan? Cara ini walaupun efektif tapi
tidak efisien. Tidak mungkin untuk belajar semua orang harus mengalami segala
sesuatu. Misalnya orang Kalimantan sulit apa bila harus datang ke kota Bandung hanya untuk melihat proses pembuatan
kapal terbang di PT IPTN atau ke bandara-bandara yang terdapat pesawat terbang.
Cara lain adalah anda membawa gambar, foto, film, video tentang objek tersebut.
Cara ini akan sangat membantu anda dalam memberikan penjelasan. Selain
menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan andapun akan lebih mudah
dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan
kesalahan pemahaman, serta informasi yang anda sampaikan menjadi konsisten.
Beberapa cara di
atas adalah kegiatan yang real dapat dilakukan dan dipilih oleh guru dalam
pembelajaran, namun pertanyaannya adalah cara manakah yang paling efektif? cara
pertama sebagai informasi verbal, cara kedua berupa pengalaman nyata, sedangkan
cara ketiga informasi melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara
ketiga adalah cara yang paling bijaksana dilakukan. Media kita perlukan agar
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Untuk memperoleh nilai efektifitas yang
tinggi dari sebuah media pembelajaran tidaklah mudah guru seyogiannya harus
memahami cara dan teknik dalam menggunakan media tersebut.
TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Penggunaan Media
Berdasarkan Tempat
Pembelajaran adalah
satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru dengan
menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar
kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran tidak
selalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional namun
proses belajar tanpa kehadiran gurupun dan lebih mengandalkan media termasuk
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya e-learning, pembelajaran individual
dengan CD interaktif, video interaktif dan lain-lain. Berdasarkan tempat penggunannya,
terdapat beberapa teknik penggunaan media pembelajaran, yaitu :
1.
Penggunaan
media di kelas. Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tertentu dan penggunaannya dipadukan dengan proses belajar
mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan pemenfaatan media tersebut
guru harus melihat tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung
tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal tersebut, ialah
tujuan, materi dan strategi pembelajaran. Yang terpenting dalam hal ini media
tersebut disajikan di ruang kelas dimana guru dan siswa hadir bersama-sama
berinteraksi secara langsung (face to
face). Tentu saja media yang dapat digunakan di kelas adalah yang
memungkinkan dilihat dari sisi biaya, berat dan ukuran, kemampuan siswa dan
guru untuk menggunakannya, dan tidak membahayakan bagi penggunannya. Dalam
kontesk ini media harus praktis, ekonomis, mudah untuk digunakan (user friendly).
2.
Penggunaan media di
luar kelas
Seperti
yang telah disinggung di atas, terdapat media yang penggunaannya di luar
situasi kelas. Dalam hal ini media tidak secara langsung dikendalikan oleh
guru, namun digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui
pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media pembelajaran di luar
situasi kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu penggunaan media
tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram, simaklah penjelasannya
berikut ini.
a.
Penggunaan media
tidak terprogram
Penggunaan
media dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan keberadaan
media massa yang ada dimasyarakat, misalnya televisi, radio, penggunaan film
melalui CD/DVD ROM, penggunaan media ini bersifat bebas yaitu bahwa media itu
digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan tidak terprogram sesuai tuntutan
kurikulum yang diberikan oleh guru atau sekolah. Pembuat media mendistribusikan
program media tersebut di masyarakat, baik dengan cara diperjualbelikan maupun
didistribusikan secara bebas dengan harapan media itu akan digunakan orang dan
cukup efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Pemakai media dalam
menggunakannya menurut kebutuhan masing-masing. Biasanya mereka menggunakannya
secara perorangan. Dalam menggunakan media ini mereka tidak dituntut untuk
mencapai tingkat pemahaman tertentu. Mereka juga tidak diharapkan untuk
memberikan umpan balik kepada siapapun dan juga tidak perlu mengikuti tes atau
ujian. Sehingga penggunaan media didasarkan atas inisiatif sendiri tanpa
disuruh oleh pihak sekolah, medianya pun dapat diperoleh dimana saja, misalnya
di toko buku, supermarket, pameran pendidikan, dan lain-lain. Sebagai contoh jenis
penggunaan media seperti ini ialah :
¡ Penggunaan
kaset pelajaran bahasa Inggris
Kita dapat menjumpai
di toko di sekitar tempat tinggal kita manyak dijual kaset pelajaran bahasa
Inggris yang dibuat untuk melengkapi buku-buku pelajaran bahasa Inggris
tertentu. Orang yang merasa memerlukan program tersebut dapat
membelinya secara bebas. Tidak hanya siswa sekolah tapi juga orang tua atau
masyarakat umum. Menggunakannyapun secara bebas juga, artinya kaset itu dapat
digunakan kapan saja, dimana saja dan untuk kepentingan apa saja semuanya
tergantung kepada pemilik kaset itu sendiri. Tidak ada orang yang ikut
mengaturnya. Hasil yang dicapainyapun tergantung pada orang itu sendiri secar
perorangan. Dalam
istilah media konsep ini disebut media as
a tools, media yang berfungsi sebagai alat untuk mempelajari materi
tertentu.
¡ Penggunaan
siaran radio untuk pendidikan
Pada saat
ini banyak siaran radio atau televisi yang bersifat pendidikan. Program-program
itu disiarkan dengan maksud untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tertentu.
Misalnya siaran pelajaran bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Indonesia dan
lain-lain. Penggunaan program itu kebanyakan tidak dikontrol oleh penyelenggara
siaran. Program tersebut disiarkan dengan harapan didengarkan dan dimanfaatkan
oleh orang. Dalam hal ini penyelenggara siaran tidak mengatur bagaimana program
itu didengarkan dan dimanfaatkan. Penyelengara siaran juga tidak mengevaluasi
hasil penggunaan program tersebut. Artinya
penyelenggara siaran tidak menilai sampai seberapa jauh pesan yang telah
disampaikan kepada pendengar itu dapat diterima oleh pendengar dan apa
pengaruhnya terhadap kemampuan keterampilan dan sikap pendengar. Penggunaan
media ini bersifat terbuka, siapapun dapat menggunakannya selain siswa juga
yang lainnya.
b.
Penggunaan Media
Secara Terprogram
Penggunaan media
secara terprogram adalah bahwa media tersebut digunakan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu
disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Bila
media itu berupa media pembelajaran, sasaran didik (audience) diorganisasikan dengan baik hingga mereka dapat
menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola
belajar mengajar tertentu.
Biasanya
siswa diatur dalam kelompok-kelompok belajar. Setiap kelompok diketuai oleh
pimpinan kelompok dan disupervisi oleh seorang tutor. Sebelum memanfaatkan
media, tujuan pembelajaran yang akan dicapai dibahas atau ditentukan terlebih
dahulu. Kemudian mereka dapat belajar dari media tersebut secara berkelompok
atau secara perorangan.
Anggota
kelompok diharapkan dapat berinteraksi baik dalam diskusi maupun dalam
bekerjasama untuk memecahkan masalah, memperdalam pemahaman atau penyelesaian
tugas-tugas tertentu. Hasil belajar mereka dievaluasi secara teratur. Untuk
keperluan evaluasi ini pembuat program media perlu menyediakan alat evaluasi
tersebut. Pelaksanaan
evaluasi dilatur oleh para tutor menggunakan kunci jawaban yang telah
disediakan oleh pembuat program. Berikut ini beberapa contoh penggunaan media
secara terprogram:
¡ Penggunaan
radio di SLTP Terbuka
Penggunaan radio
sebagai media pembelajaran di laksanakan di luar kelas, sesuai dengan
karakteristik SLTP terbuka yaitu sebagian besar belajar menggunakan bahan
berupa modul, belajar di mana saja saat mereka bekerja atau bermain. Tatap
muka porsinya hanya sedikit yaitu pada saat di sekolah induk dan di tempat
kegiatan belajar (TKB). Modul-modul
yang diberikan kepada mereka bersifat modul integrated yaitu menggabungkan
antara bahan cetak dengan media berupa kaset, siaran radio, sound slide, video
dan lain-lain. Begitu halnya pada saat siswa menggunakan siaran radio
pendidikan, mereka mendengar dan menyimak siaran radio pendidikan disesuaikan
dengan bahan cetaknya, yang disertai dengan penugasan dan evaluasi belajar,
dengan demikian jelas bahwa penggunaan media siaran radio tersebut terprogram
yang disesuaikan dengan tujuan dan kurikulum.
¡ Penggunaan
E-Learning di beberapa sekolah di Indonesia
E-learning
adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat
untuk membantu kegiatan pembelajaran. Sebagian besar berasumsi bahwa elektronik
yang dimaksud di sini lebih diarahkan pada penggunaan teknologi komputer dan
internet. Melalui komputer, siswa dapat belajar secara individual baik secara
terprogram maupun tidak terprogram. Secara tidak terprogram siswa dapat
mengkases berbagai bahan belajar dan informasi di internet menggunakan
fasilitas di internet seperti mesin pencari data (search enggine). Secara bebas siswa dapat mencari bahan dan
informasi sesuai dengan minat masing-masing tanpa adanya intervensi dari
siapapun. Sebagian
besar komputer juga sering dimanfaatkan untuk hiburan seperti bermain games,
namun demikian hal tersebut tidak dapat di hindari sebab penggunaan media
elektronik terutama internet bebas digunakan.
Internet
juga dapat digunakan secara terprogram, salah satunya dengan program
e-learning. Pada program ini sekolah atau pihak penyelenggara menyediakan
sebuah situs/web e-learning yang menyediakan bahan belajar secara lengkap baik
yang bersifat interaktif maupun non interaktif. Kegiatan siswa dalam mengakses
bahan belajar melalui e-lerning dapat dideteksi apa yang mereka pelajari,
bagaimana progresnya, bagaimana kemajuann belajarnya, berapa skor hasil
belajarnya dan lain-lain. Di Indonesia pada umumnya masih bersifat blended e-lerning, yaitu e-learning
bukan alat pembelajaran utama melainkan sebagai bahan dan alat pelengkap dari
pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan kontrol guru di kelas masih
tetap dominan, siswa belum secara totalitas menggunakan internet sebagai sistem
pembelajarannya. Internet baru berfungsi sebagai suplemen dan belum sebagai
komplemen atau pengganti PBM konvensional.
- Variasi Penggunaan Media
Dilihat dari varisi
penggunaannya, media dapat digunakan baik secara perorangan, kelompok atau
siswa dalam jumlah yang sangat banyak (massal).
¡ Media
dapat digunakan secara perorangan
Media
dapat digunakan oleh seseorang sendirian saja atau istilahnya individual learning, banyak media yang
memang dirancang untuk digunakan secara perorangan. Media seperti ini biasanya
dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang jelas (manual book) sehingga orang
dapat menggunakannya secara mendiri. Artinya orang itu tidak bertanya kepada
orang lain tentang bagaimana cara menggunakannya, alat apa yang diperlukan, dan
bagaimana mengetahui bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Buku petunjuk itu
biasanya mengandung keterangan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
garis besar isi, urutan cara mempelajarinya, komponen-komponen media itu, alat
yang diperlukan untuk menggunakannya dan alat evaluasi yang biasanya terdiri
dari soal tes. Bila dalam suatu ruangan ada beberapa orang yang belajar
menggunakan media secara perorangan sebaiknya measing-masing menempati tempat
khusus (karel) sehingga tidak
saling menganggu. Karel ialah meja
belajar yang disekat-sekat menjadi bangian kecil yang hanya cukup untuk duduk
seorang. Tiap
karel dilengkapi dengan perlengkapan media seperti tape recorder, proyektor
film bingkai, earphone, layar kecil dan sebagainya.
¡ Media
dapat digunakan secara berkelompok
Pembelajaran dapat
berlangsung dengan jumlah siswa yang cukup banyak (big group) atau bersifat kelompok. Kelompok
itu dapat berupa kelompok kecil dengan anggota 2 sampai 8 orang. Atau berupa
kelompok besar yang beranggotakan 9 sampai dengan 40 orang. Media yang
dirancang untuk digunakan secara berkelompok juga memerlukan buku petunjuk.
Buku petunjuk ini biasanya ditujukan kepada pimpinan kelompok tutor atau guru.
Keuntungan belajar menggunakan media secara berkelompok ialah bahwa kelompok
itu dapat melakukan diskusi tentang bahan yang sedang dipelajari. Diskusi dapat
dilakukan baik sebelum maupun sesudah mereka menggunakan media itu. Media yang
digunakan secara berkelompok harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
a. Suara yang disajikan
oleh media itu harus cukup keras sehingga semua anggota kelompok dapat
mendengarnya.
b. Gambar atau tulisan
dalam media tersebut harus cukup besar sehingga dapat dilihat oleh semua
anggota kelompok itu.
c.
Perlu
alat penyaji yang dapat memperkeras suara (amlifier)
dan membesarkan gambar (proyektor).
¡ Media
yang digunakan secara masal
Orang yang
jumlahnya puluhan, ratusan, bahkan ribuan dapat menggunakan media tersebut
secara bersama-sama. Media yang dirancang seperti ini biasanya disiarkan melalui
pemancar, seperti radio, televisi, atau digunakan dalam ruang yang besar
seperti film 35 mm. Untuk memudahkan orang yang belajar dengan menggunakan
media seperti ini sebaiknya kepada para
peserta diberikan bahan tercetak sebelumnya. Bahan tercetak tersebut setidaknya
harus memuat tujuan pembelajaran yang akan dicapai, garis besar isi, petunjuk
tindak lanjut, dan bahan sumber lain yang dapat dipelajari untuk memperdalam
pemahaman. Bahan cetakan ini diberikan
jauh sebelum saat penggunaan media dilakukan. Dengan demikian para peserta
dapat menyiapkan diri dalam mengikuti program media tersebut.
Media yang
digunakan secara masal diantaranya televisi edukasi yang disingkat “TVe” yang
diluncurkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi (PUSTEKKOM) Depdiknas. TVe dirancang
untuk memenuhi kebutuhan akan siaran yang bernuansa pendidikan dan
pembelajaran, sehingga program-program yang diluncurkan sarat dengan
pengetahuan, keterampilan serta mendidikan tentang nilai-nilai yang positif.
Media ini bersifat masal karena disiarkan ke seluruh Indonesia seperti halnya
televisi-televisi suasta yang lainnya. Pada jam-jam tertentu siswa dapat
mempelajari berbagai materi pelajaran seperti : Matematika, Fisika, Bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia dan lain-lain.
PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS
A.
BAGAN
Sebelum kita
mengetahui bagaimana cara menggunakan media bagan dalam pembelajaran, alangkah
baiknya kalau kita pahami apa itu bagan. Bagan menurut Nana Sudjana
(2005:27) adalah kombinasi antara media grafis, gambar dan foto yang dirancang
untuk memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau
gagasan. Sebagai media visual, bagan merupakan media yang membantu menyajikan
pesan pembelajaran melalui visualisasi dengan tujuan materi yang kompleks dapat
disederhanakan sehingga siswa mudah untuk mencerna materi tersebut.
Kegunaan bagan
adalah untuk menunjukan hubungan, keterkaitan, perbandingan, jumlah yang
relatif, perkembangan tertentu, proses tertentu mengklasifikasian dan
pengorganisasian, untuk lebih jelasnya, lihatlah contoh bagan di bawah ini:
Contoh bagan
Materi
seperti apa yang dapat dibuat dalam bentuk bagan? Sebagai seorang guru yang
kreatif, hendaknya guru mampu mengidentifikasi materi-materi kompleks yang
dapat dibuat bagan sehinga lebih sederhana, diantara materi yang ada di sekolah
dasar yang dapat dibuat bagan diantaranya:
¡ Hubungan antara MPR,
presiden, wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, mahkamah agung dan mentri
dalam susunan pemerintahan Republik Indonesia.
¡ Bagaimana proses
terjadinya hujan, yang digambarkan dalam bentuk siklus hujan.
¡ Bagaimana lahirnya
undang-undang
¡ Silsilah Nabi
Muhammad SAW
1. Jenis – Jenis Bagan
Terdapat beberapa jenis bagan, diantaranya : bagan pohon, bagan arus, bagan
alir, dan bagan waktu atau bagan tabel.
a.
Bagan
pohon adalah bagan yang visualisasinya menggambarkan suatu proses dari
bawah atau dasar yang terdiri dari beberapa akar menuju batang tunggal.
Cabang-cabang tersebut menggambarkan perkembangan serta hubungan. Misalnya
bagan silsilah, lihatlah contoh di bawah ini :
Contoh bagan pohon
b. Bagan
Alir
merupakan kebalikan dari bagan arus. Bagan alir berfungsi untuk mempertunjukan
bagaimana berbagai unsurn penting dikombinasikan sehingga membentuk satu
produksi. Bagan alir dapat digunakan untuk memperlihatkan, saling ketergantungan
dari berbagai unsur.
c. Bagan
arus
merupakan jenis media bagan yang berfungsi untuk mempertunjukan fungsi,
hubungan, dan proses. Misalnya materi tentang proses kepemimpinan industri,
proses penyulingan air mineral, proses penambangan minyak bumi, proses
pembuatan tahu dan sebagainya. Lihatlah contoh bagan alir berikut ini :
Contoh
bagan arus
Bagan Tabel. Bagan tabel tentu sudah
tidak asing lagi bagi kita, bentuk-bentuk penyajian pesan dalam bentuk tabel
merupakan bagian dari bagan tabel. Isi dari bagan tabel yaitu urutan hubungan
yang terdapat pada garis waktu atau tabel.
2.
Cara Menggunakan Bagan dalam Pembelajaran
a. Pemilihan Bagan. Bagan
yang akan disajikan di kelas tentu saja harus berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan. Guru yang kreatif dapat merancang bagan sendiri dengan terlebih
dahulu menganalisis materi dan mempersiapkannya untuk dibuat dalam bentuk
bagan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan guru dapat memanfaatkan bagan yang
sudah ada dengan cara mencari bagan-bagan praktis yang sudah dibuatkan orang
lain yang dijual secara masal. Bagan
yang baik haruslah memiliki kesesuaian dengan materi tidak miss concept atau tidak terdapat kesalahan-kesalahan konsep, data
atau informasi. Selain itu harus menarik yang ditandai dengan pemilihan warna
yang tepat, harmonis dan tidak terkesan terlalu rame. Informasi yang disajikan
dalam bentuk teks memiliki keterbacaan tinggi (visual literacy) sehingga dalam jarak agak jauh masih terbaca
dengan baik.
b. Mempersiapkan ruang kelas. Sebelum
media bagan disajikan guru sebaiknya memperhatikan kondisi kelas. Apakah kelas
cukup cahaya? Karena bagan adalah media visual yang membutuhkan intensitas
cahaya di ruangan yang cukup. Perhatikan
juga dimana bagan itu akan di tempel? Hal ini penting karena tidak mungkin
bagan terus dipegang oleh guru saat guru menerangkan, namun perlu di tempel di
dinding. Siapkan dinding yang kosong mudah untuk menempelkan bagan tersebut dan
pastikan posisinya dapat dilihat dari semua arah.
c. Mempersiapkan siswa. Dalam
pembelajaran, siswa dapat didesain dengan berbagai macam pola pengaturan,
termasuk penggunaan bagan. Jika penggunaan bagan untuk siswa dalam kelompok
besar (big group) maka siswa
dipersiapkan dengan cara klasikal dan tidak perlu pengelompokan secara khusus.
Sebaliknya jika siswa perlu dikelompokan makan
siapkanlah terlebih dahulu pola pengatuannya, berdasarkan apa
pengelompokannya, berapa jumlah masing-masing kelompoknya, dan sebagainya
sehingga jika pengaturan ini secara spontan dipikirkan oleh guru pada saat di
kelas akan menyita waktu. Dengan
demikian guru perlu memikirkannya dari awal sebelum pembelajaran dimulai.
d.
Mempersiapkan
pertanyaan dan penugasan yang mengaktifkan siswa.
Hendaklah guru mempersiapkan bentuk penugasan seperti apa yang dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan bagan tersebut. Bagan
tidak berarti sepenuhnya milik guru sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi
namun, pelibatan siswa untuk mencari konsep dan pemahaman secara mendalam
melalui interaksi aktif harus pula dipikirkan oleh guru.
e. Penggunaan
saat pembelajaran berlangsung. Tempatkan bagan sebagai pusat perhatian siswa,
pengalaman belajar yang diperoleh siswa sedapat mungkin di sajikan melalui
bagan, oleh sebab itu pastikan semua siswa dapat melihat secara jelas dan
terlibat secara langsung. Posisi guru berada pada tempat yang representatif,
dengan tatapan mata yang terbagi kesemua penjuru kelas, dengan antusiasme
mengajar guru dapat mengaktifkan siswa untuk belajar.
B.
GRAFIK
Secara
sederhana grafik dapat diartikan sebagai media yang memvisualisasikan data-data
dalam bentuk angka. Grafik menggambarkan hubungan satu dua atau lebih data atau
grafik dengan data yang sama menggambarkan hubungan penting dari suatu data.
Tujuan pembuatan grafik adalah menunjukan perbandingan, informasi kualitatif
dengan cepat serta sederhana. Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang
ruwet dann komplek dapat disederhanakan dengan menggunakan grafik.
1.
Jenis grafik
Terdapat
beberapa jenis grafik yang umum digunakan, yaitu : grafik garis, grafik batang,
grafik lingkaran, dan grafik bergambar.
a.
Grafik
Garis : Berfungsi untuk melukiskan kecenderungan-kecenderungan
atau menghubungkan dua ringkasan data, Jika ada data yang berkelanjutan maka
grafik garis cocok digunakan untuk memperlihatkan perkembangan
keberlanjutannya. Lihatlah
contoh grafik garis di bawah ini.
PEROLEHAN
HASILBELAJAR
Contoh
Grafik garis
b.
Grafik Batang : Grafik
batang merupakan grafik yang paling sederhana, mudah untuk dipahami serta
menggambarkan data dalam bentuk batang-batang baik secara vertikal dari atas ke
bawah maupun secara horizontal dari samping. Panjangnya batang menggambarkan
prosentase data, sedangkan lebarnya berukuran sama. Namun demikian data yang dapat
diperbandingkan tidak terlalu banyak maksimal delapan data. Untuk lebih
memperjelas pesan dan perbandingan antar batang diperlukan warna-warna yang
berbeda.
PEROLEHAN
HASILBELAJAR
Contoh
Grafik Batang
c.
Grafik
Lingkaran : Visualisasi data dibuat dalam bentuk lingkaran. Cocok
digunakan apabila guru akan menggambarkan tentang pecahan angka atau bilangan
dalam bentuk satuan, puluhan, ratusan dan lain-lain. Misalnya pecahan dalam bentuk
tengahan, pertigaan dan perempatan. Lihat contoh berikut ini
PEROLEHAN
HASILBELAJAR
Contoh
grafik Lingkaran
2.
Penggunaan Grafik
dalam Pembelajaran
o
Grafik divisualisasikan dengan bantuan objek dalam bentuk
garis, batang dan gambar. Menampilkan pesan dala bentuk-bentuk seperti itu
mempermudah penyerapan informasi oleh siswa. Terlebih jika gambar-gambar
tersebut sudah dikenali siswa sebelumnya. Grafik paling baik digunakan oleh
dalam pembelajaran pada materi berupa ringkasan pelajaran setelah siswa
memperoleh informasi lain dari berbagai sumber baik buku atau penjelasan
sebelumnya dari guru sendiri.
o
Para siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami
pesan yang disajikan melalui grafik, hal tersebut disebabkan karena grafik
sendiri bukan sesuatu yang asing bagi siswa. Mereka sebelumnya mungkin melihat
contoh grafik dari majalah, koran tabliod atau internet. Namun yang
terpenting grafik menggambarkan informasi secara ringkas.
o
Memperoleh grafik sekarang ini bukanlah sesuatu yang
sulit. Sekedar mencarikan contoh grafik guru dengan mudah dapat memperolehnya
di majalah, koran, dan internet. Jika grafik ingin disesuaikan dengan materi,
maka dengan mudah guru dapat membuatnya sendiri. Terdapat beberapa program
aplikasi melalui komputer untuk membuat grafik dengan mudah. Guru tinggal
memasukan data, memilih bentuk grafik yang dikehendaki, memilih warna dan
langsung dapat memiliki grafik yang menarik. Misalnya membuat grafik mellaui
program Microsoft Word, Excel dan powerpoint.
C.
KOMIK
Komik dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter
dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar
dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Pada awalnya komik
diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namun untuk kepentingan hiburan
semata.
Komik dalam pembelajaran
Begitu
maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan akan-akan terhadap
komik hal tersebut mengilhami untuk dijadikannya komik sebagai media
pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti penelitian yang dilakukan
Thorndike, diketahui bahwa anak yang
membaca komik lebih banyak misalnya dalam sebulan minimal satu buah buku komik
maka sama dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak pada kemampuan
membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh lebih banyak dari siswa yang tidak
menyukai komik.
Kelebihan komik yang lainnya adalah penyajiannya mengandung unsur visual
dan cerita yang kuat. Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat
secara emosional sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya hingga
selesai. Hal inilah yang juga menginspirasi komik yang isinya materi-materi
pelajaran. Kecenderungan yang ada siswa tidak begitu menyukai buku-buku teks
apalagi yang tidak disertai gambar dan ilustrasi yang menarik. Padahal secara
emprik siswa cenderung lebih menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan
divisualisasikan dalam bentuk realistis maupun kartun. Komik pembelajaran
diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga pada akhirnya
mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Contoh komik pendidikan
Sumber : http://prasetya.brawijaya.ac.id/image/komik.jpg
D.
POSTER
Salah satu
kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media penyampai pesan yaitu
poster. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap dan tata nilai masyarakat
untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat poster memiliki kekuatan
untuk dicerna oleh orang yang melihat karena poster lebih menonjolkan kekuatan
pesan, visual dan warna. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Nana Sudjana
(2005:51) bahwa poster adalah media yang mengkombinasikan antara visual dari
rancangan yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap
perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti
dalam ingatannya. Namun demikian, di masyarakat poster lebih banyak digunakan
untuk kepentingan propaganda bisnis, promosi, sosial dan penanaman-penanaman
nilai di masyarakat. Misalnya poster yang bertema tentang dilarang merokok,
hindari obat-obatan terlarang, membeli produk dalam negeri, membeli produk
sebuah perusahaan tertentu, gerakan orang tua asuh, gerakan keluarga berencana,
budayakan membayar pajak, dan lain-lain. Dengan visualisasi yang kuat dan
menyentuh, banyak masyarakat yang tergerak hatinya untuk melakukan seperti yang
di informasikan dalam poster.
Kekuatan
poster ini kemudian dimanfaatkan pula untuk kepentingan pembelajaran, banyak
poster-poster yang sengaja di pasang dilingkungan sekolah baik di luar kelas
atau di dalam kelas yang bertujuan agar siswa dapat berperilaku positif,
berdisiplin yang baik, memiliki nilai positif dan memiliki pengetahuan tentang
sesuatu hal. Misalnya : poster tentang cara penanggulangan demam berdarah,
poster tentang gaya hidup bersih, poster tentang menghindari penggunaan obat
terlarang, dan lain-lain.
Poster
yang dibuat untuk pendidikan dan pendidikan pada prinsipnya merupakan gagasan
yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan yang
dibuat dengan ukuran besar. Tujuannya untuk menarik perhatian, membujuk,
memotivasi atau memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu.
Poster perlu didesain dengan memperhatikan perpaduan antara kesederhanaan
dengan dinamika yang ada ditambah dengan warna yang mencolok dan kekontrasan
yang tinggi sehingga mudah terbaca dan menarik perhatian. Secara umum poster
mmiliki kegunaan, yaitu : (1) memotivasi
siswa; dalam hal ini poster dalam pembelajaran sebagai pendorong atau
memotivasi kegiatan belajar siswa. Pesan poster tidak berisi tentang informasi
namun berupa ajakan, renungan, persuasi agar siswa memiliki dorongan yang
tinggi untuk melakukan sesuatu diantaranya belajar, mengerjakan tugas, menjaga
kebersihan, bekerjasama, dan lain-lain. (2)
peringatan; dalam hal ini poster berisi tentang peringatan-peringatan
terhadap suatu pelaksanaan aturan hukum, aturan sekolah atau peringtan-peringatan
tentang sosial, kesehatan bahkan keagamaan. Misalnya “Buanglah sampah pada
tempatnya”, atau “ Kebersihan sebagian dari Iman”, “Sudahkah Anda shalat
sebelum dishalatkan”, dan lain-lain. (3)
Pengalaman kreatif. Proses belajar mengajar menuntut kreatifitas siswa dan
guru, pola pembelajaran klasikal yaitu siswa hanya diberikan informasi dari
guru saja, tidak membuat pembelajaran lebih baik dan kreatif. Melalui poster
pembelajaran bisa lebih kreatif, siswa ditugaskan untuk membuat ide, cerita,
karangan dari sebuah poster yang di pajang. Diskusi kelas akan lebih hidup
manakala guru menggunakan alat bantu poster sebagai bahan diskusi.
Penggunaan
Poster dalam Pembelajaran
Menggunakan
poster untuk pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(1)
Digunakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar,
dalam hal ini poster digunakan saat guru menerangkan sebuh materi kepada siswa,
begitu halnya siswa dalam mempelajari materi menggunakan poster yang disediakan
oleh guru. Poster yang digunakan ini harus relevan dengan tujuan dan materi.
Poster disediakan guru baik dengan cara membuat sendiri maupun dengan cara
membeli / menggunakan yang sudah ada. Dalam penggunannya poster di pasang di
tengah kelas pada saat dibutuhkan dan di tanggalkan lagi setelah pembelajaran selesai.
Misaknya guru membelajarkan siswa tentang teknik menulis karangan naratif
tentang pentingnya buang sampah pada tempatnya. Kemudia guru memasang sebuah
poster tentang akibat membuang sampah sembarangan. Guru menugaskan siswa untuk
mengamati poster tersebut lalu kemudian siswa diperintahkan untuk membuat
karangan berdasarkan poster tersebut.
(2)
Digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk
memotivasi siswa, sebagai peringatan, ajakan, propaganda atau ajakan untuk
melakukan sesuatu yang postitif dan penanaman nilai-nilai sosial dan
keagamanaan. Dalam hal ini poster tidak digunakan saat pembelajaran namun di
pajang di dalam kelas atau disekitar sekolah di tempat yang strategis agar
terlihat dengan jelas oleh siswa. Misalnya ajakan untuk rajin menabung,
senantiasa membuang sampah pada tempatnya, mengingatkan untuk melaksanakan
ibadah, tidak mencontek, dan lain-lain. Perbedaan antara poster yang digunakan
dalam pembelajaran dan diluar pembelajaran tidak memiliki perbedaan yang
mendasar. Perbedaannya hanya pada penyimpanan, dan tema-tema yang dipilih,
untuk poster pembelajaran biasanya mengangkat tema-tema yang spesifik sesuai
dengan kurikulum, sedangkan poster untuk pajangan biasanya menggunakajn
tema-tema umum dan universal sehingga tidak lapuk oleh zaman. Kedua jenis
poster tersebut jika dilihat dari teknik dan prinsip-prinsip pembuatannya sama
tidak memiliki perbedaan.
E.
MEDIA FOTO
Foto
merupakan salah satu media pembelajaran yang cukup populer dan sudah lama
digunakan dalam pembelajaran. Hal ini karena foto cukup praktis, sederhana,
mudah digunakan tidak membutuhkan alat proyeksi dan tidak membutuhkan peralatan
tambahan. Media foto termasuk kategori gambar diam (still picture) artinya
sajian visual dalam foto tidak bergerak. Foto dapat digunakan untuk
pembelajaran secara individual, kelompok kecil atau juga kelompok besar.
Contoh
foto pembelajaran
Penggunaan
Foto dalam Pembelajaran
1.
Pergunakanlah
foto untuk tujuan-tujuan pembelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih
gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti atau pokok-pokok
pembelajaran. Sebab tujuan pokok itu akan mengarahkan siswa kejelasan
materi, keyterlibatan media secara langsung dengan materi dan ketertarikan
siswa terhadap materi pembelajaran semakin tinggi.
2. Memadukan
foto dengan bahan belajar yang lainnya. Bahan belajar yang biasa digunakan
siswa diantaranya buku, modul, makalah, LKS, CD pembelajaran, poster dan
lain-lain. Bahan-bahan tersebut perlu dilengkapi dengan foto yang berisi ibjek
realistis, dengan demikian akan menambah jelas bahan-bahan ajar tersebut,
menghindari persepsi yang beragam, dan menarik minat belajar siswa. Misalnya buku
dilengkapi dengan ilustrasi foto, CD interaktif disisipi foto, begitu juga
pembelajaran langsung (face to face) guru sesekali menunjukan foto yang ada
kaitannya dengan materi yang diajarkan.
3. Pergunakanlah
gambar sesuai kebutuhannya tidak terlalu banyak, namun memiliki relevansi
tinggi dengan materi yang sedang diajarkan.
Jumlah gambar yang sedikit namun terpilih akan lebih baik dari pada
gambar yang banyak tetapi kurang memberikan makna. Ilustrasi foto yang
berlebihan justru akan menganggu konsentrasi dan fokus perhatian siswa akan
terbagi kepada gambar-gambar tersebut. Jadi yang terpenting adalah
pemusatan perhatian pada gagasan utama.
4.
Kurangilah penambahan kata-kata pada ilustrasi foto. Foto
sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru.
Misalnya pada pelajaran sejarah, siswa dengan mengamati gambar-gambar candi
gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur menjelaskan mengapa bentuknya tidak sama apa
ciri-ciri yang membedakan satu dengan yang lainnya. Gurun pasir misalnya,
mungkin tidak begitu dikenali oleh siswa yang berada didaerah pegunungan
tropis, begitu juga dengan istilah mall tidak akrab di telinga siswa yang
berada didaerah terpencil. Dengan menggunakan foto itulah siswa akan memperoleh
kejelasan informasi verbal. Guru seyogiannya menyadari bahwa dengan mengurangi
deskripsi kata-kata atau verbal kepada
foto-foto yang ditunjukannya akan dirasakan manfaatnya terutama bagi para siswa
pemula belajar membaca.
5. Pembelajaran mandiri
melalui fotonovela. Fotonovela adalah pengemasan media foto yang digabungkan
dengan format novel atau cerita. Dalam hal ini foto tidak sajikan untuk
menjelaskan satu materi secara terpisah-pisah seperti halnya pada foto label,
namun foto merupakan bagian dari sebuah alur cerita. Porsi antara cerita dalam
bentuk teks dengan sajian foto lebih banyak sajian foto, teks hanya mempertegas
alur ceritanya saja. Fotonovela dapat digunakan oleh siswa untuk mempelajari
sebuah materi secara individual atau belajar mandiri. Misalnya fotonovela
tentang ciri-ciri mahluk hidup, pencemaran di lingkungan kita, proses pembuatan
kertas daur ulang dan lain-lain.
PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK
A.
OVERHEAD PROJECTOR
1.
Fungsi OHP
Pada dasarnya Overhead Projector (HP) atau Over Head Transparancy (OHT)
berguna untuk memproyeksikan transparan ke arah layar yang jaraknya relatip
pendek, dengan hasil gambar/tulisan yang cukup besar. Proyektor ini direncanakan
dibuat untuk dapat digunakan oleh guru di depan kelas dengan penerangan yang
normal, sehingga tetap terjadi komunikasi antara guru dengan siswa.
OHP/OHT
secara umum digunakan untuk:
a.
Pengganti papan tulis dengan
menggunakan pen khusus yang dituliskan pada lembaran transparan/plastik
(acetate) atau gulungan transparan (scroll).
b.
Tempat
menunjukkan/memproyeksikan transparan yang telah disiapkan sebelumnya.
c.
Tempat menunjukkan bayangan
(silhoutte) suatu benda.
d.
Tempat menunjukkan model-model
barang kecil baik dalam bentuk gerak
atau diam.
e.
Untuk mendemonstrasikan suatu percobaan. Contoh :
bagaimana gaya magnit bekerja terhadap serbuk besi.
f.
Untuk menunjukkan diagram
aliran suatu sistem tertentu. Contoh : dengan filter khsus dapat ditunjukkan
diagram aliran suatu cairan.
g.
Untuk memperlihatkan suatu
sistem tertentu. Contoh : kecepatan membukanya rana pada alat photo/tustel
model S. L. R (single lens reflect).
2. Jenis-jenis OHP
Overhead
projector sampai saat ini ada 2 macam, yaitu :
a.
OHP type standard (standar lecture haal type)
b. OHP type portable ( ringan, mudah dibawa)
3. Bagian-bagian Pokok OHP dan Cara Kerjanya
Saat ini walaupun banyak type
dan merk OHP yang dipergunakan, namun bagian-bagian pokok dari OHP tersebut
pada prinsipnya sama. Di bawah ini akan dijelaskan
bagian pokok dan cara kerja dari OHP.
a.
Kepala Proyektor (Proyector Head).
b.
Kepala Projektor adalah suatu bagian yang berisi lensa-lensa objektive dan
kaca pemantul untuk mengarahkan sinar ke arah layar.
c.
Pengontrol Focus (Focus Cotrol)
d.
Dengan memutar-mutar bagian ini kepala proyektor akan bergerak naik/turun
untuk memperjelas (memfocus) gambar pada layar).
e.
Tempat transparan/benda yang akan diproyeksikan (projection stage).
f.
Lensa fresnel (fresnel lens), yaitu kondensor khusus yang berguna untuk
memusatkan cahaya yang memancar dari lampu ke arah kepala proyeksi.
g.
Scroll atau rol penggulung transparan.
¡ Lampu (projection lamp).
¡ Pemantul (reflector).
¡ Kipas pendingin (van).
¡ Rumah/badan proyektor.
¡ Switch/saklar pengatur untuk menghidupkan dan
mematikan lampu dan motor pada kipas.
Dari bagian-bagian pokok di atas dapat dijelaskan
cara kerja OHP type model stanrd dan model portable, seperti pada gambar di
bawah ini. Posisi / Letak Layar Dengan Ohp. Posisi layar dan letaknya juga
harus diatur, sehingga gambar pada layar tidak miring atau sebagian mengecil.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur sinar yang dipancarkan dari proyektor
jatuh tegak lurus pada layar. Apabila penyimpanan proyektor
tidak sejajar dengan layar akan menimbulkan distorsi bayangan. Ada dua kemungkinan distorsi yaitu distorsi
horizontal dan distorsi vertikal. Distorsi vertikal disebabkan penyimpanan
proyektor terlalu tinggi dari layar (distorsi kebawah) atau terlalu ke bawah
dari posisi layar (distorsi ke atas). Sedangkan distorsi horizontal disebabkan
oleh penyimpanan proyektor terlalu ke kiri
atau terlalu ke kanan dari posisi layar.
4. Teknik-Teknik Penyajian
1.
Pada waktu penggunaan OHP,
guru dapat melakukannya sambil berdiri. Pada waktu posisi berdiri guru jangan
menutup OHP terhadap layar maupun menghalangi pandangan siswa terhadap layar.
2.
Bila switch/saklar kipas
pendinginan dan lampu ditekan, segera sinar OHP menimpa layar. Aturlah posisi
yang sebaik mungkin agar gambar pada layar tidak miring atau kurang
datar/simetris.
3.
Pada waktu menjelaskan pada
transparan di OHP, gunakan penunjuk (pointer) atau pensil ke arah bagian-bagian
penting yang sedang disajikan.
4.
Bila selesai tiap tahap
penyajian penggunaan OHP dan guru akan menjelaskan lebih lanjut, matikan
terlebih dahulu OHP dan alihkan perhatian siswa dari layar kembali ke guru.
5.
Penjelasan lebih lanjut
mengenai hal-hal penting perlu ditekankan pada waktu penyajian. Hal-hal yang
rumit (complex) perlu disajikan dengan menggunakan teknik berlapis (overlay)
atau memakai penutup (masking) dan membukanya
sedikit demi sedikit.
6.
Presentasi dengan menggunakan
OHP, untuk membuat penampilan yang lebih menarik.
5. Penggunaan OHP
a.
Dengan alat penunjuk
b.
Dengan menggunakan pensil atau
pointer, guru dapat menekankan perhatian siswa pada hal-hal yang dipentingkan.
Penunjuk diletakkan di atas transparansi bukan layar.
c.
Menulis langsung
d.
Menulis di atas transparan
pada waktu menyajikan sangat menarik perhatian bahkan pada transparan yang
telah disiapkan sebelumnya, dapat ditambahkan tulisan, pada waktu penyajian
dengan pen khusus. Pen yang digunakan mempunyai spesipikasi warna, ukuran (
kecil, sedang dan besar) dan jenis (prmanen dan solubel).
e.
Menunjukkan dengan membuka
sedikit demi sedikit
f.
Teknik ini penting untuk
mengontrol siswa agar hanya memperhatikan masalah yang disajikan secara urut,
dengan menutup bagian yang belum diproyeksikan.
g.
Menjelaskan cara kerja benda
1. Guru dapat menjelaskan cara kerja benda yang kecil, diletakkan di atas OHP, sehingga benda kerja tersebut dapat dilihat dengan jelas bagaimana letak dan kerja benda yang diproyeksikan.
h.
Menunjukkan benda dengan ukuran kecil
i.
Dapat juga menjelaskan/
menunjukkan roda gigi yang ukurannya terlalu kecil, sehingga dapat
didemonstrasikan putaran roda gigi.
j.
Penyajian dengan tumpang
tindih (Overlay)
k.
Konsep ide yang rumit dapat
disederhanakan dengan cara seperti ini. Lembar transparan pertama yang telah
termuat ide dasar. Ide keterangan berikutnya dapat ditumpangkan pada transparan
pertama, sehingga akan memperjelas dari urutan penyajian tersebut.
l.
Menghidupkan dan mematikan
m. Dengan menswitch saklar on-off yang terdapat pada OHP perhatian siswa
akan dapat diarahkan, bila mematikan lampu siswa akan mengarahkan perhatian
kepada guru dan bila lampu dihidupkan kembali perhatian siswa akan terbawa pada
layar.
6. Membuat Overhead Transparansi (OHT)
Dalam membuat transparan banyak cara yang dipergunakan dari yang
sederhana sampai yang rumit atau memakai alat pembuat/untuk mengkopy transparan
yang disebut “transparan maker” cara pembuatan transparan adalah sebagai berikut:
a.
Langsung pada Transparan (acatate)
Bahan dasar transparan berupa sejenis plastik tipis
yang disebut acetate dijual dipasaran dalam kemasan 100 lembar dengan tebal 2
atau 3 macam yang berbeda. Yang umum dipakai dengan DIN – A.4, 210 x 297 mm
dengan tebal 0,08 mm. Pembuatan langsung pada transparan dapat dikerjakan
2 cara yaitu:
1. Menuls/melukis dengan pen khusus yang berwarna warni (Transparance pen)
2. Menggunakan set huruf (lettering
set) atau sering disebut rugos.
3.
Dalam prakteknya dua cara
diatas dikombinasikan atau dipakai secara bersama untuk menghasilkan transparan
yang telah direncanakan terlebih dahulu.
b.
Membuat transparan dengan cara Reproduksi
Yang dimaksud dengan
reproduksi disini adalah memperbanyak dengan gambar/tulisan/isi yang persis
sama. Alat reproduksi yang banyak dipakai adalah mesin foto copy, dan termofax .
Untuk membuat transparan jenis ini diperlukan
persiapan-persiapan sebagai berikut:
1). Membuat lembar asli (original) yang umumnya disebut “Master”
ditulis/diberi ilustrasi dengan alat tulis yang berkadar karbon tinggi,
misalnya tinta cina. Untuk membuat transparan pada bahan asetat biasanya masker
harus dibuat dengan karbon khusus (master
dapat di foto copy).
2).
Siapkan mesin pembuat
transparan (transparency copy maker)
. mesin pembuat transparan bentuknya hampir sama dengan mesin di fhoto copy
biasa.
3). Siapkan film pembuat transparan (tersedia dalam
beberapa jenis dan warna). Film ini ada 2 (dua) macam yaitu:
¡ Film proses panas ada 2 permukaan, yang mengkilap
dan buram. Untuk siap masuk mesin transparan, bagian buram harus ditempelkan
langsung pada gambar/tulisan pada master. Pada produk 3 M biasanya diberi tanda
potongan sudut pada transparannya.
¡ Asetat biasa dengan menggunakan karbon khusus.
Master dibuat pada suatu kertas merupakan tindasan dengan karbon khusus dari
gambar/ilustrasi yang direncanakan. Pemasangan pada mesin,
seperti untuk pemasangan film.
¡ Atur tombol pengatur buat penyinaran (yang
mempengaruhi gelap/terangnya hasil photo
copy; pada umumnya pada kedudukan menengah. Hidupkan mesin/motornya, coba lebih
dahulu dengan guntingan film transparan kecil untuk mengecek hasilnya/kerjanya.
Kalau semua persiapan sudah dilakukan, berikut adalah
langkah membuatnya:
¡ Susun bahan transparan dengan masternya. Master
menghadap ke atas dan bersinggungan langsung dengan bahan. Untuk pembuatan
dengan jenis transparan film, letakan film tersebut dengan yang buram melekat
langsung diatas master.
¡ Masukan kedalam mesin pembuat transparan, pasangan
bahan dan master diatas tertarik masuk kedalam mesin dan akan segera keluar
kembali.
¡ Setelah keluar dari mesin, pisahkan antara master
dan transparannya. Untuk transparan jenis bahan biasa, langsung transparan
tersebut siap pakai, tetapi untuk jenis film transparan tranparex (dari agfa
gevaert), langkah ini belum selesai dilanjutkan dengan: Film hasil mesin copy
ini dicuci dalam air dengan mesin khusus transparex dengan segera. Waktu
memasukan film, bagian yang mengkilat menghadap keluar (kebawah). Bila sekali
dimasukan hasilnya kurang bersih, proses ini diulang-ulang 3 atau 4 kali. Bila
tetap belum bersih, proses pada 2) (masuk mesin copy) harus diulang kembali
dengan pengaturan pengaturan (setel dial controlnya) kearah “lighter”/kurang
penyinaran. Bila hasil terlalu tipis (lemah), setel kearah “darker”. Pada
gambar diperlihatkan gambar-gambar dari hasil penyinaran yang terlalu kuat,
yang tepat dan penyinaran yang terlalu lemah. Untuk memudahkan penyimpanan dan
pemakaiannya, hasil transparan diberi bingkai khusus yang dapat disimpan dalam
map tebal (ordner).
- MEDIA AUDIO
Penggunaan media
audio dalam pembelajaran sudah cukup lama dilakukan, hal ini disebabkan karena
dalam komunikasi sehari-hari pemanfaatan audio menjadi bagian penting. Lihatlah
bagaimana orang berkomunikasi melalui telpon, hand phone, radio siaran, tave
recorder, handy talkie dan lain-lain. Media audio dapat diartikan sebagai bahan
pembelajaran yang disajikan dalam bentuk auditif yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar
(Nana Sudjana, 2005:129). Penggunaan media audio untuk pembelajaran diantaranya
:
1. Radio
pendidikan.
Radio bersifat penyiaran secara langsung kepada masyarakat luas bahkan sering
disebut mass media, memiliki jangkauan luas, memiliki jadwal siaran tetap. Penggunaan
radio untuk pembelajaran sudah lama digunakan terutama untuk pendidikan jarak
jauh dan pendidikan terbuka misalnya SMP terbuka. Penggunannya adalah pada jam
tertentu yang sudah dijadwalkan informasi baik langsung maupun hasil rekaman
disiarkan melalui radio dan siswa mendengarkannya dengan seksama yang
dilengkapi juga dengan modul. Media ini cukup efektif untuk menjangkau siswa
dengan latar geografis yang tersebar dan sulit terjangkau.
2. Alat
perekam.
Alat perekam sekaligus berfungsi untuk memperdengarkan audio (player) pada umumnya menggunakan tape
yang menggunakan bahan pita magnetik atau kaset audio. Sesuai perkembangan
teknologi, saat ini alat perekam audio sekaligus player menggunakan data dan
proses digital, misalnya iPod, MP3 player bahkan handphone yang dilengkapi
radio dan audio player. Kedua jenis player tersebut dapat digunakan untuk
pembelajaran. Materi pelajaran terlebih dahulu disiapkan kemudian direkam dan
disajikan baik di kelas classical
dengan jumlah siswa banyak maupun untuk belajar secara mandiri. Materi
pelajaran yang dapat disajikan diantaranya : pembelajaran music literacy
(pembacaan sajak), kegiatan dokumentasi, pembelajaran bahasa asing, dan
materi-materi lain yang memungkinkan untuk disajikan melalui media radio.
3. Laboratorium
bahasa.
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengarkan dan berbicara
dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang dipersiapkan
sebelumnya, media yang digunakan adalah alat perekam. Dalam laboratorium
bahasa, siswa duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak
suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk diruang kontrol lewat hadphone.
Pada saat dia menirukan ucapak guru dia juga mendengarkan suaranya sendiri
lewat handsheetnya. Sehingga dia dapat membandingkan suara gurunya dengan
suaranya dan dapat memperbaiki kesalahannya.
C.
MULTIMEDIA PROJECTOR
1. Perangkat Presentasi
Ada berbagai jenis
perangkat presentasi yang kini banyak digunakan untuk pembelajaran, mulai dari
OHP, sampai media yang lebih canggih dari OHP, misalnya visualizer, atau
proyektor video, mulai dari yang berteknologi tabung (CRT - Cathode Ray Tube) maupun solid state (LCD, DLP, D-ILA, dan
LCOS). Meski kini jarang terlihat, toh OHP masih bisa dibilang
memiliki keunggulan, seperti materi presentasi bisa Anda ubah saat itu juga.
Atau, bilamana ada masukkan dari audiens, Anda bisa langsung mencantumkannya ke
bahan presentasi Anda. Hanya sayangnya, OHP masih memerlukan medium berupa
kertas transparan, yang belum tentu bisa menyajikan tampilan visual yang bisa
memukau audiens Anda. Ada kalanya Anda ingin menampilkan bahan-bahan presentasi
dengan mengutip dari sebuah text book, atau dari dokumen-dokumen lama milik
Anda, yang tidak sempat Anda pindahkan ke transparan. Atau, Anda seorang dosen
elektronika dan ingin menampilkan suatu obyek tiga dimensi, misalnya sebuah
printed circuit board (PCB) ke hadapan mahasiswa Anda, namun Anda tidak sempat
memotretnya. Jelas, OHP tidak mungkin
melakukan itu semua. Kemudian, muncul perangkat presentasi yang disebut
visualizer, atau lebih lengkapnya video visualizer document camera. Perangkat
presentasi, yang sebenarnya lebih mirip dengan perangkat imaging capture ini
tidak hanya mampu menampilkan transparansi, tetapi juga dokumen-dokumen kertas,
obyek-obyek 3D, atau film negatif maupun positif sekalipun. Untuk output-nya,
visualizer mampu menampilkan bahan presentasi ke monitor video atau proyektor.
Bahkan, untuk beberapa tipe visualizer dari pabrikan tertentu, fungsi-fungsi
dari visualizer dan proyektor digabung dalam satu perangkat. Sayangnya,
visualizer merupakan perangkat statis, tidak portable, sehingga tidak mudah
dibawa ke mana-mana.
Jika Anda
ingi menjadi guru yang melek teknologi dan dapat menampilkan presentasi lebih
menarik, multimedia projector mungkin menjadi pilihan utama. Dulu, mungkin Anda
sudah akrab dengan proyektor CRT, sebuah perangkat proyektor bertubuh tambun
berteknologi tabung, lengkap dengan tiga lensa di depannya. Sudah barang tentu
perangkat semacam itu tidak mudah untuk dibawa-bawa, karena beratnya saja bisa
mencapai 75 kilogram! Biasanya, penempatan proyektor CRT bersifat permanen,
misalnya di ruang-ruang kelas, auditorium maupun di ruang bioskop pribadi.
Namun, perkembangan teknologi, terutama teknologi digital yang terus meningkat,
proyektor pun mengalami sentuhan digital. Kini, hampir sebagian besar pasar
proyektor dikuasai oleh proyektor digital. Mulai dari yang berteknologi LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light Processing), sampai
teknologi terbaru yang kini tengah beranjak populer, LCOS (Liquid Crystal on Single Crystal Silicon). Tidak heran, karena
proyektor digital ini memang bobotnya relatif ringan, dan harganya pun relatif
jauh di bawah proyektor CRT. Untuk
melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk menggunakan Multimedia
Projector atau lebih dikenal dengan LCD Projector
Gambar perkembangan
multimedia projector
2.
Kelebihan Multimedia Projector
Pertanyaan
ini lebih menekankan mengapa menggunakan istilah multimedia? Sebab multimedia projector adalah
sebuah alat proyeksi yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar,
teks, video, animasi, video baik secara terpisah maupun gabungan diantara
unsur-unsur media tersebut dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika
lainnya seperti komputer, TV, Kamera, VCD/DVD Player, Video Player dll. yang
dapat digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dll.
Multimedia projector dapat dikoneksikan dengan perangkat media yang lain
seperti komputer (PC), Laptop, VCD?DVD player, kamera, dan lain-lain.
Koneksi dengan berbagai media tersebut sangat
memungkinkan tergantung dari ada atau tidaknya fasilitas sambungan dari
masing-masing media tersebut apakah menggunakan kabel RCA, S-Video, USB,
Pierwire, komputer dll.
Beberapa port (koneksi kabel) Multimedia Projector
3. Karakteristik
Multimedia Proyektor
Masing-masing
teknologi proyektor memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun, secara umum,
kualitas gambar yang diproyeksikan, apapun teknologinya, sangat tergantung pada
karakteristik resolusi, kecerahan, warna dan contrast ratio-nya.
¡ Resolusi. Resolusi adalah
jumlah pixel yang dapat dihasilkan, yang diekspresikan sebagai resolusi pixel
horizontal dan vertikal. Resolusi “sesungguhnya” dari sebuah proyektor adalah
jumlah pixel maksimum yang dapat diproyeksikannya. Semakin tinggi tingkat
resolusinya, semakin tinggi detil gambar yang dapat ditampilkannya (lihat Tabel
1). Berbicara mengenai tren resolusi proyektor, sebagian besar kini mulai
beralih ke resolusi XGA (1024x768). Sebelum
ada XGA terdapat VGA (480X640), SVGA
(800X600)
¡ Kecerahan. Tingkat kecerahan
(brightness) adalah ukuran luminansi (atau cahaya yang diterima) yang biasanya
diukur dalam satuan ANSI (American National Standard Institute) lumens. Semua
proyektor menggunakan sebuah lampu untuk menciptakan cahaya proyeksi.
Keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss
secara internal. Sebuah proyektor berlumens tinggi umumnya berharga lebih
tinggi dibandingkan yang berlumens rendah. Ukuran lumens ini juga sangat
tergantung pada kebutuhan, misalnya. tingkat kecerahan cahaya di dalam suatu
ruang
¡ Warna. Warna adalah ukuran
dari corak dan saturasi cahaya. Sebuah proyektor yang baik harus mampu
mereproduksi secara akurat warna-warna yang dikirim dari sumber. Sebuah
proyektor mencampurkan warna-warna merah, hijau dan biru (atau cyan, magenta,
kuning, dan hitam dalam kasus skema warna CMYK) untuk mereproduksi warna-warna
lainnya.
¡ Contrast
Ratio.
Contrast ratio adalah ukuran perbandingan antara warna hitam dan putih. Tingkat
contrast ratio yang tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu
gambar bisa tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detil
warna. Biasanya diukur dengan dua metoda, Full On/Off dan ANSI.
Jadi, bila Anda hendak membandingkan contrast ratio dua buah proyektor,
pastikan keduanya menggunakan metoda yang sama. Umumnya, metoda Full On/Off
memberikan nilai contrast ratio yang lebih tinggi dibandingkan ANSI.
Di
pasaran kini banyak dijumpai berbagai jenis proyektor digital dengan berbagai
jenis teknologi dan karakteristik yang sangat bervariasi. Namun, untuk
presentasi, orang kini cenderung memilih proyektor digital, karena selain
kualitasnya mampu menampilkan gambar yang baik, bobotnya pun ringan, sehingga mudah
dibawa. Tidak seperti proyektor CRT yang membutuhkan teknisi trampil untuk
men-setting-nya, proyektor digital relatif sangat mudah dioperasikan. Harganya
(meski dirasakan masih tinggi untuk ukuran kantong), tetapi masih jauh di bawah
proyektor CRT. Bila Anda tetap memutuskan untuk menggunakan OHP, itu sah-sah
saja, karena ujung-ujungnya toh tingkat kebutuhan dan kemampuan fulus Anda juga
yang akan berbicara.
4.
Cara Penggunaan Multimedia Projector
a.
Cara menginstalasi
Projector. Dalam
menginstalasi prokector sebelum digunakan, sebaiknya posisi projector dan
komputer (atau media lainnya) dalam keadaan mati, hindari pemasangan komputer
pada projector dalam keadaan menyala, atau juga sebaliknya. Kalau komputer yang
lebih dulu menyala, maka sebaiknya komputer di restart untuk kemudian dipasang
dan baru dinyalakan lagi.
b.
Pada saat mematikan
projector,
dapat menggunakan remote dengan menekan tombol on/off, ditekan dua kali
sehingga muncul pertanyaan turn off your
projector? Kemudian tekan, maka lampu akan mati. Perhatian !! dalam
c.
mencabut
saluran listrik dari projector, lampu
projector harus sudah berwarna merah, yang menunjukan siap untuk dimatikan (standby). Ingat dalam keadaan aktif
lampu indikator dalam projector berwarna hijau. Jangan sekali-kali mencabut
listrik sementara lampu masih menyala atau kipas blower yang ada dalam
projector masih aktif. Kesalahan dalam mematikan projector ini akan berakibat
putusnya lampu projector. Apabila putus, maka lampu dapat diganti dengan
membuka penyimpanan lampu dan digantikan dengan yang baru
d.
Kondisi
Lensa, Lensa projector yang berada di depan harus dalam keadaan
bersih. Cara membersihkannya dapat menggunakan bahan spon (kain lembut ) yang tidak
mengandung banyak lemak, hindari sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi
alas, Sebab lemak yang ada di tangan akan menempel pada lensa, dan akan
mengalami kesulitan untuk kembali membersihkan.
e.
Tutup
Lensa, untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan, maka sebaiknya
selain dalam keadaan digunakan tutup
lensa dalam keadaan tertutup. Tutup lensa biasanya agak kurang diabaikan
sebab ukurannya kecil tetapi fungsinya cukup tinggi, maka untuk menghindari
supaya tutup lensa itu tidak hilang gunakanlah tali yang menghubungkan antara
tutup lensa dengan tali.
f.
Ventilasi. Pada setiap LCD projector
terdapat ventilasi udara yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara yang
keluar dan masuk. Sirkulasi ini diatur oleh blower yang ada di dalam LCD.
Fungsi Blower ini untuk menstabilkan suhu LCD supaya tidak panas yang
bersumbner dari lampu. Oleh sebab itu, pastikan ventilasi selalu dalam keadaan
bersih dari kotoran atau debu dan juga biarkan terbuka jangan ditutupi oleh
apapun misalnya lakban, solasi dll.
g. Tas LCD, untuk pengamanan saat membawa LCD, tidak sembarangan
menggunakan tas, tetapi menggunakan tas yang didesain khusus sehingga apabila
terjadi benturan kondisi LCD dapat terjaga, tas yang baik untuk LCD biasanya
dilapisi dengan busa yang agak tebal. Dap[at membuat sendiri atau membeli. Biasanya
apabila kita membeli berikut dengan tasnya secara free.
h. Koneksi Kabel. Membersihkan koneksi kabel cukup penting untuk
menjaga serat kabel agar tidak rusak, selain itu dalam membuka dan memasang
kabel, sebaiknya hati-hati. Kecerobohan dalam memasang dan membuka kabel
berakibat putusnya salah satu serat dalam kebel yang akan berakibat fatal
terhadap tampilan proyeksi.
i.
Lipatan
Kabel. Pada saat melipat kabel LCD atau kabel komputer sebaiknya tidak terlalu menukik atau terlelu
berlipat, buatlah lipatan kabel agak besar. Cara melipat kabel ini akan
mempengaruhi kekuatan kabel, jika lipatannya terlalu kecil maka serat yang ada
di dalam kabel tersebut akan cepat rusak bahkan bisa putus yang berakibat tidak
normalnya kondisi LCD Projector
j.
Gunakan UPS/ Stabilizer. Kerusakan
LCD Projector pada umumnya sering terjadi diakibatkan karena mati listrik
secara mendadak pada saat projector sedang bekerja (menyala). Keseringan mati
listrik secara mendadak akan mengakibatkan putusnya lampu dan kerusakan sistem (konsleting). Untuk mengatasinya sebaiknya
koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS untuk menyimpan arus listrik
sementara, sehingga apabila listrik mati masih sempat untuk mematikan secara
normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar